MUSEUM ETNOBOTANI : WARISAN BUDAYA INDONESIA

/
0 Comments
Indonesia merupakan negara urutan kedua yang memiliki kekayaan hayati setelah Brazil. Selain itu, Indonesia juga kaya akan sumber daya manusianya. Tidak ada di negara manapun yang memiliki lebih dari 350 suku bangsa bahkan diduga lebih dari 500 suku bangsa. Setiap etnisnya memiliki spesifikasi masing-masing yang beragam, seperti orang Jawa terkenal dengan minuman jamunya.

Namun, seiring berjalannya waktu, pengetahuan sudah mulai tererosi. Banyak orang pedalaman di Kalimantan atau Sumatera yang tidak mengenal tumbuh-tumbuhan yang berasal dari daerahnya. Anak kecil pun tidak bisa membedakan antara kunyit dan temulawak, lada dan ketumbar, dan lain sebagainya. Jangan sampai suatu saat masyarakat Indonesia belajar akan kekayaan yang dimilikinya di negara lain.

Perkembangan Indonesia membuat berbagai macam sumber daya alam ikut habis, yang tersisa saat ini hanyalah budaya. Ditakutkan, generasi penerus bangsa tidak tahu lagi akan kekayaan dan pengetahuan mengenai Indonesia. Maka dari itu, pada tahun 1962, Prof. Sarwono Prawirohardjo yang pada waktu itu menjabat sebagai ketua LIPI, bertepatan dengan peletakan batu pertama pembangunan gedung baru Herbarium mencetuskan Museum Etnobotani Indonesia. Museum ini berisikan pemanfaatan tumbuhan Indonesia untuk kebutuhan sehari-hari, seperti bahan sandang. Namun, museum ini baru terealisasi dan diresmikan oleh Prof. Dr. Ing B. J. Habibie pada tanggal 18 Mei 1982. Saat ini, Museum Etnobotani memiliki koleksi sebanyak 1.869 unit. Koleksi ini biasa disebut artefakta etnobotani. 



Museum Etnobotani dibuka setiap hari Senin – Jumat pukul 08.00 sampai pukul 15.00, kecuali jika ada perjanjian, maka museum dibuka pada hari Sabtu ataupun Minggu. Lokasi dari Museum Etnobotani terletak di Jalan Ir. H. Juanda No.22, Bogor. Harga tiket masuk tergolong sangat murah, yaitu Rp 3.000. Kapasitas museum untuk sekali kunjungan sekolah yaitu sekitar 250 orang. Gedung dari Museum Etnobotani adalah gedung terpanjang yang ada di kota Bogor.

Saat saya berkunjung ke Museum Etnobotani, kedua wanita tengah asyik mengitari museum sambil mengambil gambar di setiap koleksi yang ada. Nama kedua wanita tersebut yaitu Rehana (dosen, 23 tahun) dan Deniati (guru, 23 tahun). Hari itu merupakan pertama kalinya mereka berkunjung ke Museum Etnobotani. Pada saat pertama kali mereka melewati gedung Museum Etnobotani, mereka tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah museum “Tempat sebenernya kurang merepresentatifkan sebuah museum. Cuma pas kita ngeliat ada toh museum di antara Istana Bogor, terus ada herbarium, ingin tahu, apa si itu herbarium, penasaran jadi masuk.” Ungkap kedua guru yang berasal dari daerah Cibinong tersebut. Mereka mendapatkan informasi mengenai etnobotani setelah berkunjung ke museum.

Ibu Muliati Rahayu, kepala Museum Etnobotani

Koleksi Herbarium Museum Etnobotani

Koleksi Etnobotani

Koleksi Museum Etnobotani











You may also like

No comments: