Mengunjungi kota
Bogor tidaklah lengkap jika tidak mengunjungi Surya Kencana. Wilayah yang
menjadi salah satu pusat kuliner ini menjadi daya pikat tersendiri bagi para
wisatawannya. Selagi saya memuaskan rasa lapar yang ada dengan soto mie khas
Bogor, terlihat seorang bapak dengan dua orang temannya yang sedang bersantap
dan bercengkrama di tempat yang sama. Penampilan mereka nampaklah berbeda
dengan pengunjung lainnya. Mereka mengenakan busana untuk bersepeda lengkap dengan
topinya. Akhirnya saya memberanikan diri untuk menghampiri mereka.
Bapak Dwi Prija
Utama, atau yang akrab disapa Pak Dwi, merupakan seorang yang bekerja di divisi
diagnostik di PT Roche Indonesia. Sesuai dengan busana yang digunakan, ia
dengan dua kawannya memang sedang melakukan touring
dari Tangerang ke Sukabumi menggunakan sepeda. Saat itu, mereka hendak
kembali ke Tangerang dan kota Bogor menjadi salah satu tujuan daerah yang harus
dikunjungi oleh mereka.
Waktu luang bagi Pak Dwi adalah berolahraga dengan komunitas bersepedanya
mengunjungi berbagai macam tempat wisata terutama di kota Bogor. “Waktu luang
sama komunitas, kita peminat touring suka
mencari tempat-tempat yang asik, paling sering ke Bogor karena paling banyak
lokasi yang bisa didatengin. Biasanya orang suka ke Kebun Raya Bogor, cuma ya
itu, jalannya macet, coba dibikin car
free day, pasti lebih ramai.” Beliau dan kawan-kawannya senang
bereksplorasi untuk mengisi leisure time mereka.
Udara yang sejuk dan wisata kuliner yangvariatif menjadi daya tarik Pak Dwi dan kawan-kawan untuk sering
berkunjung ke Bogor. “Pertama, udaranya nyaman. Kedua, kulinernya variatif
terutama kuliner tradisional ya, kaya toge goreng. Paling sering ke Bogor, ngga
hanya di Kebun Raya, kadang Curug Cilember, Curug Nangka.” Namun di sisi lain,
menurut beliau pemerintah daerah kota Bogor perlu menata sarana transportasi
yang ada. “Bogor cuma satu kelemahannya, angkot terlalu banyak jadi macet. Ini
aja ngegoes, kita capeknya karna angkot bikin macet. Pemda belom bisa mengatur
sarana transportasi yang ada, perlu penataan manajemen transportasi. Kota
sejuta angkot.” ujar Pak Dwi sambil mengeluarkan unek-unek yang ada dibenaknya.
Kawan dari Pak Dwi memberikan saran bagi pemerintah daerah kota Bogor agar membuat
car free day di waktu tertentu
sehingga baik masyarakat dan wisatawan Bogor dapat menikmati indahnya kota
tanpa harus merasakan macet. “Suruh bikin city
walk, mobil jangan kasi masuk, cuma orang-orang masuk. Ngga harus setiap
hari, di event-event tertentu aja misal
malam sabtu, malam jumat, kaya car free
day. Hari sabtu kendaraan ngga ada yang lewat.”
Morbi leo risus, porta ac consectetur ac, vestibulum at eros. Fusce dapibus, tellus ac cursus commodo, tortor mauris condimentum nibh, ut fermentum massa justo sit amet risus.